Reaksi Penghinaan Terhadap Rasulullah saw

Penghinaan terhadap RasulullahIslam menjadi perhatian dunia, setelah dua orang Muslim menembaki para karyawan Charlie Hebdo yang melakukan penghinaan terhadap Nabi Muhammad saw melalui kartun provokatifnya sehingga menewaskan sekitar 12 orang karyawannya.

Berbagai reaksi bermunculan, mulai yang mengecam penembak, atau menyayangkan kartun provokatif yang dibuat oleh majalah Charlie Hebdo, sampai ada juga yang menyoal bahwa tindakan yang dilakukan oleh oknum Islam tersebut dilakukan karena memang ‘diajarkan’ oleh Islam atau Nabi Muhammad saw sendiri dengan kata lain, tindakan ekstremis muslim itu semakin menegaskan bahwa Islam adalah agama teroris yang mengajarkan ekstremisme.

Kita memang bebas untuk berpendapat, tetapi kebebasan berpendapat atau berekspresi bukan berarti bebas untuk menghina orang, apalagi untuk masalah-masalah yang sensitif di masyarakat. Sejatinya aturan di masyarakat dibuat adalah supaya lingkungan menjadi lebih baik, kalau seandainya kebebasan berpendapat dengan bebas melakukan penghinaan akan membuat masyarakat resah dan rusuh maka dari sudut pandang itu, kebebasan berpendapat yang dijunjung tinggi di masyarakat Eropa tersebut tentu tidak bisa dibenarkan.

Tetapi kitapun tidak bisa membenarkan pelaku yang melakukan penembakan di kantor majalan Charlie Hebdo tersebut, walau bagaimanapun itu merupakan tindakan yang yang sangat disayangkan dan bertentangan dengan ajaran Islam dan contoh dari Nabi Muhammad saw.

Kejahatan janganlah dibalas dengan kejahatan serupa, tetapi balaslah dengan kebaikan. Jika Allah taala dan malaikat saja sudah bershalawat kepada Nabi Muhammad saw maka kita yakin bahwa tidak akan ada yang bisa menghentikan laju kemajuan bahtera Islam ini. Apalagi hanya oleh sebuah kartun provokatif. Keagungan Rasulullah saw tidak akan berkurang karena penghinaan dan pelecehan mereka.

Penghinaan yang dibalas dengan kekerasan nyatanya justru kontraproduktif terhadap Islam, korban terbesar dari peristiwa tersebut justru adalah nama Islam dan Nabi Muhammad saw itu sendiri. Hal itulah yang sangat menyedihkan, bagaimana orang semakin menjadikan Rasulullah saw dan Islam sebagai bahan olok-olok.

Kekerasan itu juga nyatanya telah membangunkan musuh-musuh Islam yang telah lama tertidur. Sebelum mencuatnya kasus Charlie Hebdo, umat Kristen sudah lebih dulu menjadi sasaran empuk olok-olok kartun mereka kepada sosok Yesus Kristus, yang tidak sedikit Barat banyak yang mengkritik dan tindakan Charlie Hebdo dan tidak mengizinkan penerbitan mereka.  Tetapi lihatlah ketika Islam yang menjadi sasarannya dengan puncaknya terjadi reaksi kekerasan terhadap mereka, banyak pihak yang balik mendukung mereka dan membantu mereka. Sehingga oplah yang sebelumnya hanya 60.000 membengkan menjadi 5 juta kopi. Para pengamat memperkirakan publikasi tersebut akan bertahan seperti itu sekitar 10-12 tahun kedepan.

Andai saja organisasi Islam yang melakukan kejahatan atas nama Islam ini memahami bahwa bukan kekerasan yang membawa orang-orang kepada Islam, melainkan dengan ajaran damai, cinta dan kasih sayang.

Orang-orang duniawi tersebut buta mengenai masalah keimanan. Jangankan Nabi Muhammad saw, Tuhan pun mereka perolok-olokan. Jika kita membalas keburukan dengan keburukan, sama saja kita sedang melakukan keburukan yang lebih besar.

Memperbanyak Shalawat

Alangkah baiknya reaksi kita terhadap penghinaan terhadap Rasulullah saw adalah dengan memperbanyak shalawat kepada Rasulullah saw, shalawat tidak saja memberikan doa keselamatan kepada Nabi Muhammad saw tetapi juga akan membawa kita mendapat keberkahan dan menjadi perwujudan teladan beliau saw.

Shalawat yang kita lakukan tentu shalawat yang dilakukan dengan penuh penghayatan yang dengan itu kita akan merenungkan bagaimana keagungan Rasulullah, teladan beliau dll. Lambat lain kitupun akan bertindak seperti beliau, teladan yang telah dicontohkan Rasulullah maka itu juga yang kita praktekkan, bukan tindakan sebaliknya.

Jika saja para pelaku penembakan atau yang bertindak esktrim itu merenungkan dengan shalawatnya hal itu akan menjadikannya orang yang berpikir bagaimana Rasulullah saw menghadapi penghinaan dengan sabar dan doa.

Shalawat itu jugalah yang akan mendatangkan keberkahan pribadi ataupun keberkah berjamaah. Meskipun Nabi Muhammad saw tidak membutuhkan doa siapapun namun ada alasan yang tersembunyi di balik shalawat yang disampaikan atas beliau saw. Seseorang yang memohon keberkatan bagi orang lain atas dasar kecintaan maka ia juga akan menjadi penerima keberkatan tersebut. Kemurahan hati yang diberikan kepada orang yang dimintakan keberkatan juga akan diberikan kepada yang meminta keberkatan tersebut. Dan karena kemurahan Allah Ta’ala terhadap Nabi Muhammad saw tidak terbatas, maka seseorang yang bershalawat atas beliau saw dengan dasar kecintaan maka ia juga akan memperoleh keberkatan yang tak terbatas.

Baca juga tulisan tentang Teladan Nabi Muhammad adalah Kunci Menghentikan tindakan Terorisme dan ekstremisme

Read More »
Share/Bookmark

Nabi Muhammad saw, Tokoh Paling Berpengaruh Dalam Sejarah

Muhammad saw tokoh paling berpengaruh dalam sejarah
Michael Hart dalam bukunya bertajuk ‘The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History’ telah menempatkan Nabi Muhammad saw sebagai tokoh nomor 1 yang paling berpengaruh sepanjang sejarah, dan hanya menempatkan Nabi Isa as (Yesus Kristus) di urutan ketiga.

Michael Hart menulis:

“Jatuhnya pilihan saya kepada Muhammad [s.a.w.] dalam urutan pertama daftar Seratus Tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan sementara pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tapi saya berpegang pada keyakinan saya, dialah Muhammad [s.a.w.] satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi.
Apakah pengaruh Muhammad [s.a.w.] yang paling mendasar terhadap sejarah ummat manusia? Seperti halnya lain-lain agama juga, Islam punya pengaruh luar biasa besarnya terhadap para penganutnya. Itu sebabnya mengapa penyebar-penyebar agama besar di dunia semua dapat tempat dalam buku ini.

Ia menulis,

“Jika diukur dari jumlah, banyaknya pemeluk Agama Nasrani dua kali lipat besarnya dari pemeluk Agama Islam [pada waktu buku itu ditulis], dengan sendirinya timbul tanda tanya apa alasan menempatkan urutan Muhammad [s.a.w.] lebih tinggi dari Nabi Isa dalam daftar.
 “Akan tetapi saya mempunyai dua alasan penting dibalik keputusan saya itu. Pertama, Muhammad [s.a.w.] memainkan peranan jauh lebih penting dalam pengembangan Islam ketimbang peranan Nabi Isa terhadap Agama Nasrani.. Biarpun Nabi Isa bertanggung jawab terhadap ajaran-ajaran pokok moral dan etika Kristen, (yakni, sampai batas tertentu Kristen berbeda dengan Yahudiyyat/Yudaisme), Saint Paul (Santo Paulus) memegang peran utama dalam mengembangkan teologi atau ilmu ketuhanan dan pembuat dasar baru penyebaran agama Kristen serta penulis utama sebagian besar Kitab Perjanjian Baru.
Kemudian ditulis:

“Sebaliknya dalam Agama Islam, yang bertanggung jawab terhadap semua kaidah akhlaki dan asas-asas pendidikan agama adalah Muhammad [s.a.w.]. Muhammad [s.a.w.] sendiri yang telah memberi bentuk terhadap seluk-beluk agama baru ini, dan beliau menjadi perancang dan pembangun dalam pendidikan serta pengajaran agama Islam.
“Selain dari itu, Kitab Suci orang-orang Muslim yakni Al-Qur’an yang ditulis oleh Muhammad menjadi bukti visi intuisinya [s.a.w.]”. (yakni penentang yang ini, ia menulis demikian) ia menulis, “Yang mengenainya beliau (yakni  s.a.w.) berkata, ia [Al-Qur’an] dari Allah Ta`ala, diwahyukan kepadanya. Sebagian terbesar dari wahyu ini dihimpun [dihapal, disalin, ditulis] dengan penuh kesungguhan selama Muhammad [s.a.w.] masih hidup dan kemudian tak lama sesudah dia wafat dihimpun secara keseluruhan dan terlindungi [tak tergoyahkan]. Al-Quran dengan demikian berkaitan erat dengan pandangan-pandangan Muhammad [s.a.w.] serta ajaran-ajarannya, dan dengan demikian, dari beberapa segi, Al-Qur’an itu adalah perkataan beliau. Sebaliknya, tak ada satu pun kumpulan yang begitu terperinci dari ajaran-ajaran Isa yang masih dapat dijumpai di masa sekarang. Karena Al-Quran bagi kaum Muslimin sedikit banyak sama pentingnya dengan Injil bagi kaum Nasrani, pengaruh Muhammad [s.a.w.] dengan perantaraan Al-Quran teramatlah besarnya.
Kemungkinan pengaruh Muhammad [s.a.w.] dalam Islam lebih besar dari pengaruh Isa dan St. Paul dalam dunia Kristen digabung jadi satu. Diukur dari semata-mata sudut agama, tampaknya pengaruh Muhammad [s.a.w.] setara dengan Isa dalam sejarah kemanusiaan. (Menurut pendapat mereka martabat Nabi Muhammad s.a.w. dan Nabi Isa a.s. adalah sama).
Selanjutnya iapun menulis:

“Lebih jauh dari itu (berbeda dengan Isa) Muhammad [s.a.w.] bukan semata pemimpin agama tapi juga pemimpin duniawi, akan tetapi Nabi Isa [a.s.] tidak mendapat kedudukan seperti itu.” Pendek kata, keteladanan beliau dalam setiap hal menggambarkan kepribadian beliau yang suci dalam corak yang semakin bertambah terang.
Suatu pandangan yang bersih dari Michael Hart. Untuk melihat bagaimana pengaruh Rasulullah saw yang berperan langsung dalam kehidupan umat Islam silahkan baca disini: Pengaruh Kehidupan Rasulullah saw bagi Umat Islam

Sumber: Rasulullah saw dalam Pandangan Non-Muslim

Referensi:
Michael H. Hart. THE 100: A RANKING OF THE MOST INFLUENTIAL PERSONS IN HISTORY. Carol publishing group., p.3.
Michael H. Hart. THE 100: A RANKING OF THE MOST INFLUENTIAL PERSONS IN HISTORY. Carol publishing group., pp.8-9.

Read More »
Share/Bookmark

Keadilan Nabi Muhammad saw

 Rasulullah s.a.w. tidak pilih kasih dalam menerapkan keadilan dan perlakuan adil.

Bangsa Arab sangat suka mengagumi pribadi-pribadi tertentu dan menerapkan berbagai patokan kepada berbagai orang. Bahkan di antara bangsa-bangsa yang disebut beradab dewasa ini kita menyaksikan adanya keengganan mengadakan tuntutan terhadap orang-orang terkemuka atau yang mempunyai kedudukan atau jabatan yang tinggi atas perbuatan mereka, walaupun hukum diberlakukan secara ketat terhadap warga negara biasa. Tetapi, Rasulullah s.a.w. adalah mandiri dalam menerapkan keadilan dan perlakuan adil. Sekali peristiwa, suatu perkara dihadapkan kepada beliau tatkala seorang bangsawati terbukti telah melakukan pencurian. Hal itu menggemparkan, karena jika hukuman yang berlaku dikenakan terhadap wanita muda usia itu, martabat suatu keluarga yang sangat terhormat akan jatuh dan terhina.

Banyak yang ingin mendesak Rasulullah s.a.w., demi kepentingan orang yang berdosa itu, tetapi tidak mempunyai keberanian. Maka Usama diserahi tugas melaksanakan itu. Usama menghadap Rasulullah s.a.w. tetapi seketika beliau mengerti maksud tugasnya itu, beliau sangat marah dan bersabda, “Kamu sebaiknya menolak. Bangsa-bangsa telah celaka karena mengistimewakan orang-orang kelas tinggi tapi berlaku kejam terhadap rakyat jelata. Islam tidak mengizinkan dan aku pun sekali-kali tidak akan mengizinkan. Sesungguhnya, jika Fatimah, anakku sendiri, melakukan kejahatan, aku tidak akan. segan-segan menjatuhkan hukuman yang adil” (Bukhari, Kitab al-Hudud).

Telah diriwayatkan bahwa ketika paman Rasulullah s.a.w., Abbas, menjadi tawanan Perang Badar, ia diikat erat-erat seperti tawanan-tawanan lainnya dengan tali untuk mencegah usaha melarikan diri. Tali itu begitu eratnya sehingga ia mengerang-erang kesakitan sepanjang malam. Rasulullah s.a.w. mendengar erangan itu dan karenanya beliau tidak dapat tidur. Para Sahabat mengetahui hal itu dan melonggarkan ikatan Abbas. Ketika Rasulullah s.a.w. mengetahuinya, beliau memerintahkan supaya semua tawanan diperlakukan sama seperti paman beliau dengan mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk menunjukkan keistimewaan kepada keluarga beliau sendiri. Beliau menuntut mereka supaya melonggarkan ikatan semua tawanan atau kebalikannya memperkuat lagi ikatan Abbas seperti tawanan-tawanan lain. Karena para Sahabat tidak menghendaki beliau gundah hanya karena paman beliau, mereka memutuskan untuk menjaga tawanan-tawanan itu lebih keras lagi dan melonggarkan ikatan semua tawanan (Zurqani, Jilid 3, hlm. 279).

Bahkan dalam keadaan bahaya perang pun beliau sangat cermat dalam melaksanakan peraturan-peraturan dan kebiasaan-kebiasaan yang baku. Sekali peristiwa beliau mengirim serombongan sahabat-sahabat pada sebuah ekspedisi penyelidikan. Mereka bertemu dengan beberapa orang musuh pada hari akhir bulan suci Rajab. Berpikir bahwa akan sangat berbahaya melepaskan mereka itu sehingga akan membawa berita ke Mekkah tentang rombongan penyelidik yang begitu dekat, musuh itu disergap oleh mereka dan dalam perkelahian itu, seorang di antaranya terbunuh. Setelah rombongan penyelidik itu kembali ke Medinah, kaum Mekkah mengajukan protes bahwa penyelidik-penyelidik Muslim telah membunuh salah seorang dari orang-orang mereka. Orang-orang Mekkah sendiri sering melanggar Bulan Suci dalam menghadapi orang-orang Muslim, bila hal itu dipandang baik oleh mereka, dan sebenarnya telah menjadi jawaban yang layak terhadap tuduhan mereka itu untuk mengatakan bahwa karena kaum Mekkah sendiri telah melanggar perjanjian tentang Bulan Suci, maka mereka itu tidak berhak menuntut supaya dipatuhi oleh kaum Muslimin. Tetapi, Rasulullah s.a.w. tidak memberikan jawaban demikian. Beliau sangat menyesali anggotaanggota rombongan itu, menolak menerima harta rampasan perang, dan menurut beberapa riwayat malah membayar uang darah untuk orang yang terbunuh itu, sehingga ayat 2:218 menjernihkan seluruh keadaan (Tabari dan Halbiyya).

Orang-orang pada umumnya berhati-hati supaya jangan menyakiti perasaan sahabat-sahabat mereka dan sanak-saudara mereka, tetapi Rasulullah s.a.w. sangat memperhatikan asas itu, malah terhadap orang-orang yang memusuhi beliau sekalipun. Sekali peristiwa seorang Yahudi datang kepada beliau dan menerangkan bahwa Abu Bakar telah melukai perasaannya dengan mengatakan bahwa Tuhan telah memberi kedudukan kepada Nabi Muhammad s.a.w. lebih tinggi di atas Nabi Musa a.s.. Rasulullah s.a.w. memanggil Abu Bakar dan menanyakan kepadanya, apa yang telah dikatakannya. Abu Bakar menerangkan bahwa orang Yahudi itu mulai lebih dahulu menyatakan bahwa ia bersumpah dengan nama Musa a.s. yang menurut kata orang itu, Tuhan telah memuliakannya di atas seluruh umat manusia dan bahwa Abu Bakar menyambutnya dengan bersumpah atas nama Muhammad s.a.w., yang Tuhan telah mengangkatnya di atas Nabi Musa a.s.. 

Rasulullah s.a.w. bersabda, “Anda seharusnya tidak mengatakan itu, karena perasaan orang-orang lain harus diperhatikan juga. Siapa pun tidak boleh mengangkatku di atas Nabi Musa a.s.” (Bukhari, Kitab al-Tauhid). 

Hal itu tidak berarti bahwa Rasulullah s.a.w. menurut kenyataannya tidak mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada Nabi Musa a.s., tetapi menyatakan hal itu kepada orang Yahudi dapat dengan mudah menyakiti perasaannya dan hal itu harus dihindarkan.
Read More »
Share/Bookmark

Teladan Rasulullah saw: Menguasai Diri

Rasulullah senantiasa dapat menguasai diri. Bahkan ketika beliau sudah menjadi orang yang paling berkuasa sekalipun, selalu beliau dengarkan dengan sabar kata tiap-tiap orang, dan jika seseorang memperlakukan beliau dengan tidak sopan, beliau tetap melayaninya dan  tidak pernah mencoba mengadakan pembalasan.

Kebiasaan orang Timur dalam menunjukkan penghormatan terhadap orang lain yang diajak bicara ialah dengan tidak memanggil dengan nama pribadinya. Kaum Muslimin biasa memanggil Rasulullah s.a.w. dengan kata-kata, “Ya Rasulullah,” dan kaum bukan-Muslim memanggil beliau, Abul Qasim (artinya Bapak si Qasim, karena salah seorang anak beliau bernama Qasim).

Sekali peristiwa seorang Yahudi datang kepada beliau di Medinah dan mulai bertukar pikiran dengan beliau. Dalam percakapan itu ia berulang-ulang memanggil, “Hai Muhammad, hai Muhammad.” Rasulullah s.a.w. sendiri tidak menghiraukan cara sapaan itu dan terus dengan tenangnya menerangkan soal yang dipercakapkan. Tetapi para Sahabat menjadi marah atas panggilan kurang sopan yang dipergunakan oleh orang itu sampai akhirnya seorang di antara mereka tidak dapat menguasai dirinya lagi dan memperingatkan agar tidak menyebut Rasulullah s.a.w. dengan nama asli beliau, tetapi dengan sebutan Abul Qasim. Orang Yahudi itu mengatakan bahwa ia akan menyebut beliau dengan nama yang diberikan oleh orang tua beliau. Rasulullah s.a.w. tersenyum dan bersabda,
”Ia benar, aku diberi nama Muhammad pada saat aku dilahirkan, dan sama sekali tidak ada alasan untuk marah karena ia memanggilku dengan nama itu.”

Kadang-kadang orang menghentikan beliau di perjalanan dan mengajak bercakap-cakap, menerangkan kebutuhannya dan meminta pertolongan kepada beliau. Beliau selalu mendengarkan dengan penuh sabar dan membiarkan mereka terus bicara dan beliau baru meneruskan perjalanan kalau urusannya sudah selesai.

Pada waktu orang-orang berjumpa dan bersalam-salaman, orang kadang-kadang memegang tangan beliau beberapa lama, dan walaupun beliau beranggapan hal itu kurang enak dan membuang percuma waktu yangberharga, tidak pernah beliau lebih dahulu melepaskan tangan. Orang bergaul bebas dengan beliau dan memaparkan kesusahan dan kesukaran mereka kepada beliau dan meminta pertolongan beliau. Jika beliau mampu memberikannya, beliau tidak pernah menolak.

Terkadang beliau diusik orang-orang dengan aneka ragam permintaan yang sangat berat dan mendesak, tetapi beliau selalu mengabulkan dan melaksanakan sejauh yang dimungkinkan. Sekali peristiwa, setelah memenuhi suatu permintaan, beliau memberi nasihat kepada orang yang bersangkutan agar lebih bertawakal kepada Tuhan dan menjauhi kebiasaan meminta kepada orang lain untuk meringankan bebannya.

Pada suatu hari seorang Muslim yang mukhlis minta uang untuk kesekian kalinya kepada beliau dan permintaannya selalu diluluskan, tetapi hari itu beliau bersabda, “Sebaiknya seseorang bertawakal kepada Tuhan dan menjauhi kebiasaan meminta-minta.” Orang tersebut seorang muttaqi. Untuk menjaga perasaan Rasulullah s.a.w., pemberian itu tidak dikembalikannya tetapi ia bersumpah tidak akan meminta apa pun kepada siapa pun juga pada hari-hari mendatang dalam keadaan bagaimana juga. Beberapa tahun kemudian ia ikut serta dalam suatu peperangan. Ia menunggang kuda dan ketika pertempuran tengah berkecamuk, saat riuh gemerincingnya senjata dengan senjata saling beradu sampai di puncaknya dan ia dikepung musuh, cambuknya terlepas dan jatuh. Seorang prajurit Muslim yang berjalan kaki melihat keadaan itu dan membungkuk untuk mengambilkan cambuk itu, tetapi orang berkendaraan itu melarangnya, lalu ia sendiri melompat dari kudanya dan mengambil cambuk itu sambil berkata bahwa ia telah lama berjanji kepada Rasulullah s.a.w. tidak akan meminta lagi pertolongan kepada siapa pun sehingga kalau mengizinkan sang prajurit itu mengambilkan cambuknya akan sama halnya seperti meminta pertolongan secara tidak langsung dan dengan demikian telah berdosa, melanggar janjinya kepada Rasulullah s.a.w..
Read More »
Share/Bookmark

Rasulullah: Jadilah Orang Kaya yang "miskin"

Suatu hari seorang laki-laki miskin mendatangi Aisyah istri Rasulullah saw, Aisyah pun memberinya sedekah. Lalu Aisyah memanggil pembantunya Barirah dan menyuruh memperhatikan dan menyelidiki laki-laki itu , apa benar laki-laki itu miskin atau pura-pura miskin, lalu dipakai apa itu sedekah yang didapatnya.

Melihat kejadian tersebut Rasulullah kemudian menegur Aisyah dengan sabdanya “ Jangan kau berhitung dalam memberi sedekah karena Allahpun tidak pernah berhitung dalam memberikan rezeki kepada kita “ (HR.Nasa’i , Ibnu Hibban, Ahmad dan Haitsami )

Dalam kesempatan lain Rasulullah juga menganjurkan: “ Wahai Aisyah, berlindunglah dari api neraka (kebangkrutan) meski hanya dengan bersedekah separuh biji korma, sungguh separuh biji korma itu mengisi perut orang yang lapar sama seperti ia mengisi perut orang yang kenyang “ (artinya walau separuh biji korma itu sudah cukup mengenyangkan bagi orang-orang yang sedang kelaparan) ( HR.Ahmad dan Mundziri )

Rasulullah SAW adalah seorang Pemimpin dan Wirausahawan sejati, kemenangan demi kemenangan terus diraih demikian pula kekayaan selalu mengejar-ngejar beliau, sehingga ketika beliau menjadi Pemimpin tertinggi kekayaan negarapun melimpah ruah. Tapi taukah kita ada salah satu doa yang beliau ucapkan sehingga Aisyah istrinya terkejut ?.

Aisyah mendengar Rasulullah berdoa : “ Ya Allah, jadikanlah gaya hidupku seperti gaya hidup orang miskin, cabutlah nyawaku dalam keadaan miskin, lalu kumpulkanlah aku pada Hari Kiamat bersama kelompok orang miskin “.

Mendengar doa itu Aisyah protes : “ Mengapa engkau berdoa seperti itu wahai Rasulullah ? “, Beliau menjawab :

“ orang-orang miskin akan masuk Sorga 40 tahun lebih awal dari pada orang-orang kaya, wahai Aisyah jangan pernah menolak orang-orang miskin meski engkau hanya bisa memberi separuh biji korma, cintailah orang miskin dan dekatkanlah mereka kepadamu agar Allah juga mendekatkanmu kepadaNYA pada Hari kiamat nanti “ ( HR.Tirmidzi, Baihaqi dan Mundziri )

Mengapa Nabi berdoa demikian, apakah kita tidak boleh kaya raya ? Rosulullah bukan orang miskin, Beliau Pemimpin yang kaya raya tetapi gaya hidup diri dan keluarganya adalah gaya hidup orang yang paling miskin, pernah dalam 40 malam rumah beliau tidak ada api yang menyala artinya tidak ada bahan makanan yang bisa dimasak juga tidak ada lentera penerang, belau hanya mengkonsumsi beberapa biji korma dan air saja.

Dan ketika beliau meninggal hampir tidak ada harta warisan yang beliau tinggalkan, seluruh kekayaannya diwakafkan dan disedekahkan untuk perjuangan Islam, jadi apakah tidak logis doa Rosulullah tersebut ?

Kita wajib bisa kaya raya selama umur kita masih produktif karena ada kewajiban Zakat, haji dan sedekah. namun banyak diantara kita yang kaya raya atau hidup berkecukupan, tapi mampukah kita hidup dengan gaya hidup orang miskin, gimana sih gaya hidup orang miskin itu? sederhana saja sebenarnya mereka selalu puasa minimal Senin-Kamis, tidak makan kalau masih kenyang dan berhenti makan sebelum kekenyangan, jadi tidak harus makan 3 kali sehari, demikian juga dalam hal berpakaian tidak selalu mengikuti mode dan trend baru, mereka mengganti pakaian atau perabot ya kalau sudah rusak, gimana gampang kan ?

Demikian juga ketika umur kita sudah tidak produktif lagi, maka saatnya kita delegasikan seluruh kekayaan kita untuk perjuangan Islam melalui anak, istri dan keluarga kita atau orang lain yang mampu mengelola dan mendayagunakan seluruh harta kekayaan kita untuk kepentingan perjuangan memuliakan Islam dan Kaum Muslimin, sehingga ketika Malaikat Maut menjemput kita kelak tidak ada lagi kekayaan dunia di tangan kita, kita benar-benar miskin. Jadi tidak akan ada lagi kekayaan kita yang harus diaudit pada saat Hari Perhitungan kelak, semuanya totalitas akan menjadi ASET PEMBELA kita pada saat itu. Mudah bukan jadi orang miskin? inilah maksud doa Rosulullah SAW tersebut., jadi miskin ? siapa takut!


Sahabat, awal bulan saatnya kita Zakat, mari jadikan Zakat dan Sedekah kita menjadi ASET PEMBELA kelak di Hari Perhitungan Amal kita. Bersama Rumah Yatim Indonesia. Info program silahkan klik http://www.rumah-yatim-indonesia.org/
Read More »
Share/Bookmark